Ibu Tumini : Berbekal pelatihan frozen food bangkit menjadi tulang punggung Keluarga saat Suami Sakit Pasca Bom Bali 2002

Ibu Tumini : Berbekal pelatihan frozen food bangkit menjadi tulang punggung Keluarga saat Suami Sakit Pasca Bom Bali 2002

“Walau hanya lulusan SMP namun saya selalu ingin belajar hal-hal baru demi memperluas usaha dan menghidupi keluarga.”

Kalimat yang dilontarkan oleh Tumini Tuban untuk terus semangat memajukan usahanya.

 

Tumini Tuban (47) atau biasa dipanggil Tumini merupakan seorang Ibu dengan 3 orang anak yang tinggal di Bali. Tumini merupakan penyintas yang pernah menjadi korban bom Bali tahun 2002 silam. Ia mengalami luka fisik dan kerugian material setelah terjadinya pengeboman oleh teroris di Bali. Akibat kejadian itu pula, suaminya tidak dapat bekerja karena mengalami masalah kesehatan sehingga Tumini harus banting tulang untuk menghidupi anggota keluarganya. Tumini dan keluarga merupakan terlindung di Lembaga Perlindungan dan Saksi Korban Republik Indonesia (LPSK-RI). Tumini dan keluarga juga pernah terlilit hutang dengan nominal yang cukup besar akibat usaha kos-kosan yang dijalankannya bangkrut karena pandemi Covid-19.

 

Pada tahun 2021, Tumini mengikuti pelatihan kewirausahaan sosial keterampilan memasak yang diselenggarakan oleh Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM).

 

Program pelatihan ini merupakan bentuk kerjasama YIIM dengan LPSK-RI yang turut didukung oleh UNITED NATIONS OFFICE on DRUGS and CRIME (UNODC) untuk membantu pemberdayaan ekonomi para penyintas tindak pidana terorisme dan korban pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Pelatihan Kewirausahaan Sosial selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) Nomor 1 mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun dan SDGs Nomor 10 mengakhiri ketimpangan, serta  SDGs Nomor 16 tentang Perdamaian, Keadilan dan Institusi Negara yang kuat. Pelatihan ini bertujuan untuk mencetak wirausaha dan individu yang mandiri.

 

Sebelum mengikuti pelatihan memasak, Tumini mengaku bahwa Ia hanya dapat memasak beberapa jenis makanan saja seperti soto, ayam goreng lalapan, dan semacamnya. Dengan kondisi yang serba terbatas di kampung halaman, Ia tidak putus asa untuk merubah kondisinya. Berbekal informasi dari seorang tetangga mengenai pelatihan memasak yang diadakan oleh YIIM dan LPSK-RI, Tumini kemudian mengikuti pelatihan memasak frozen food seperti kue, donat, nugget pisang, risoles, dan ayam krispi. Hingga Ia akhirnya lolos pada tahap seleksi terakhir dan berkesempatan melakukan pelatihan selama 5-6 hari di Jakarta. Selain itu, pada Februari 2022, Tumini mendapatkan alat-alat memasak seperti  kompor gas, gas tabung, kulkas 2 pintu, dan mixer dari YIIM.

 

Berkat keterampilan dan peralatan masak yang didapatkannya, Tumini mampu memperluas dagangannya yang sebelumnya hanya membuka warung nasi di rumahnya, sekarang Ia dapat membuka kios usaha frozen food di salah satu pasar di daerah Bali. Ia menjual berbagai macam makanan yang telah diajarkan pada pelatihan memasak dan kewirausahaan YIIM. Salah satu menu yang paling favorit adalah ayam krispi. Di akhir tahun 2021, Tumini pernah mendapatkan pesanan untuk ulang tahun sejumlah 100 box nasi ayam krispi. Sampai sekarang pun, dagangan Tumini sangat laris, warung yang ada di pasar dan halaman rumah selalu ramai dikunjungi pembeli dan masih seringkali mendapatkan pesanan catering dalam jumlah besar.

 

Omzet penjualan Tumini terus meningkat belakangan ini. Setiap bulannya, Tumini mendapatkan laba bersih sebesar Rp4.500.000 – Rp5.000.000 dari hasil penjualan frozen food, warung nasi, dan warung kelontong. Hal ini didukung dengan variasi produk yang beragam berkat keterampilan memasak yang diperoleh dari pelatihan kewirausahaan YIIM. Para pelanggan Tumini mengaku bahwa rasa makanan di warung Tumini bertambah lezat setelah Tumini selesai mengikuti pelatihan memasak dari YIIM. Kesuksesan usaha Tumini juga memberikan manfaat bagi pembiayaan sekolah anak terakhirnya yang sedang duduk di bangku SMP.


“Alhamdulillah usaha saya makin besar dan semoga cukup untuk biayai sekolah anak saya sampai dia bisa mencapai cita-citanya menjadi polisi.”

 

Menurut Tumini, pelatihan yang diadakan oleh YIIM sangat bermanfaat karena ilmu dan alat masak yang Ia terima berdampak pada pengembangan usahanya menjadi lebih besar. Kini Tumini bersyukur dapat merubah perekonomian keluarganya dan memiliki pendapatan utama dari usaha yang digelutinya. Ia berkomitmen untuk terus memajukan usaha yang tengah dirintis hingga dapat membuka cabang/toko baru di lain tempat. Terakhir, Ia berharap semoga semakin banyak UMKM yang diciptakan dari program pelatihan memasak dan kewirausahaan YIIM bersama LPSK. Melalui program tersebut, YIIM sangat terbuka bagi siapapun yang ingin mendukung program-program sosial, salah satunya seperti program pemberdayaan masyarakat.

 

Bagi teman-teman yang penasaran pengen nyobain kuliner dari hasil tangan Ibu Tumini Tuban, bisa langsung mampir aja ke Warung Cika, Jalan Taman Griya 1 No. 11, Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Bali melalui no. ponsel +62 821 4485 7919.

Salam Inspirasi!

 

 

Narahubung (Kontak Resmi 0857-1406-2808 atau 0858-9246-0624)   

 

Chrisbiantoro

Ketua Pengurus

 

Dewi Astari

Sekretaris

Ibu Tumini : Berbekal pelatihan frozen food bangkit menjadi tulang punggung Keluarga saat Suami Sakit Pasca Bom Bali 2002