Oleh: ACHMAD FANANI ROSYIDI,
Manager Program Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM)
Saat ini keberlangsungan hidup manusia menghadapi tantangan dari berbagai multisektor ancaman. Keamanan insani (human security) sebuah konsep untuk melindungi keamanan manusia di seluruh dunia, terus menjadi topik perbincangan seluruh pemimpin negara untuk mencari cara upaya mitigasi berkelanjutan. Topik-topik tersebut antara lain dunia yang mendapat ancaman dimasa depan dari ketimpangan, kelaparan, ketimpangan ekonomi, krisis Pendidikan, Kesehatan, krisis lingkungan, dan seterusnya.
Prakarsa SDGs Dari Para Pimpinan Negara
Pada bulan September 2015, sebanyak 193 negara dan pemerintahan dunia hadir dalam sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 untuk menyepakati agenda pembangunan universal baru yang tertuang dalam dokumen Transforming Our World: the 2030 Agenda for Sustainable Deevelopment. Dokumen ini dikenal dengan istilah Sustainable Development Goals atau SDGs (Briefing Paper Infid, 2016).
Dokumen ini berisi 17 tujuan dan 169 sasaran yang berlaku mulai tahun 2016 hingga tahun 2030. SDGs merupakan kelanjutan Millenium Development Goals (MDGs) yang disepakati oleh negara anggota PBB pada tahun 2000 dan berakhir pada akhir tahun 2015. MDGs memberikan tanggungjawab yang besar pada target capaian bagi negara berkembang dan kurang berkembang. Secara proses, MDGs juga memiliki kelemahan karena penyusunan hingga implementasinya eksklusif dan sangat birokratis tanpa melibatkan peran skakeholder non-pemerintah, seperti Civil Society Organization/ masyarakat sipil, Universitas/Akademisi, sektor bisnis dan swasta, serta kelompok lainnya.
Sebaliknya, pada implementasi SDGs mengakomodasi masalah pembangunan secara lebih komprehensif serta menargetkan penyelesaian tuntas terhadap setiap tujuan dan sasarannya. SDGs juga bersifat universal memberikan peran yang seimbang kepada seluruh negara baik negara maju, berkembang, dan kurang berkembang. Serta memberikan ruang yang cukup bagi stakeholder non-pemerintah seperti masyarakat sipil, akademisi, perusahaan, dan kelompok lain agar dapat bersinergi bersama state-actor dalam mensukseskan agenda SDGs.
Dari 193 kepala negara dan pemerintahan, pemerintahan Indonesia adalah salah satu perwakilan yang menyepakati agenda SDGs. Di ranah kebijakan, pemerintah telah memasukkan agenda SDGs di dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang dan Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Dan berdasarkan pertimbangan tersebut pada 4 Juli 2017, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden, Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tantangan Suksesi Agenda SDGs di Era Pandemi
Namun, implementasi agenda SDGs di Indonesia mengalami tantangan besar pada awal tahun 2020. Pandemi Covid-19 tak hanya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga terdampak terhadap pencapaian SDGs. Data SDGs Index tahun 2020 menunjukkan, meskipun agenda pencapaian SDGs masih on the track, namun upaya pencapaian SDGs Indonesia masih belum memuaskan (republika.co.id, 2020). Indonesia masih berada di peringkat 101 dengan skor 65,3. Masih jauh tertinggal dengan negara Asia tenggara seperti Thailand peringkat 41 dengan skor 45,54, Malaysia peringkat 60 dengan skor 71,76, dan Filiphina di peringkat dengan skor 65,5.
Selain itu, menurut Kementerian PPN/Bappenas RI, situasi pandemi menyebabkan penyesuaian strategi dan upaya pencapaian target SDGs. Sehingga Kementerian ini akhirnya terpaksa menyesuaikan dengan membuat draft baru untuk mengubah rencana SDGs di Indonesia (ekbis.sindonews.com, 2020).
Ada beberapa target dari SDGs yang perlu dihighlight akibat pandemi. Pertama, Tanpa Kemiskinan, Covid-19 menurunkan pendapatan kelompok rentan dan miskin serta meningkatkan resiko bagi kelompok menengah untuk turun menjadi kelompok miskin. Kedua, Tanpa Kelaparan, akibat PSBB distribusi logistik pangan terganggu akibat PSBB, serta akses terhadap pangan menurun akibat PHK.
Ketiga, Kehidupan sehat dan sejahtera. Sektor Kesehatan juga perlu pembenahan baik dari segi akses, pelayanan, dan alat Kesehatan. Keempat, Pendidikan berkualitas, Covid-19 juga menyebabkan pola belajar mengajar di sekolah berubah. Untuk itu, kesiapan guru mengajar secara daring, infrastruktur TIK perlu dioptimalkan, dan perluasan teknologi internet bagi keluarga miskin dan rentan.
Kelima, Berkurangnya Kesenjangan, penurunan pertumbuhan ekonomi ini juga berdampak pada ketenagakerjaan. Menurut Kementerian PPN/Bapennas RI, Jika problem ini tidak diintervensi, tingkat kemiskinan pada 2020 bisa mencapai 10,54 persen. Namun, jika diintervensi kemiskinan dapat ditekan menjadi 9,24 persen.
Meskipun begitu, pandemi covid-19 ternyata tidak hanya menimbul efek negatif dari target pencapaian SDGs. Pada poin kelestarian lingkungan mendapatkan dampak positif, kulaitas udara dan air terlihat membaik, emisi karbon berkurang, potensi meningkatnya keanekaragaman hayati, perdaganagan satwa liar semakin berkurang.
Upaya Pencapaian Target SDGs Ala YIIM
Dalam rentang waktu 2017 pasca keluar Perpres No 59/2017, hingga kini telah banyak upaya yang telah dilakukan oleh negara dan masyarakat sipil dalam mensukseskan agenda SDGs. Salah satunya adalah Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM), dimana sejak tahun 2018 YIIM menganggap penting untuk menjadikan agenda SDGs sebagai dasar visi dan misi YIIM didalam melaksanakan program-program kerjanya. Melalui 4 (empat) pilar program yaitu Sosial Kemanusiaan Keagamaan, Pendidikan, Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, dan Lingkungan, secara konsisten YIIM menjalankan program dalam rangka mensukseskan agenda SDGS dengan 17 tujuan 169 sasaran nya.
Tantangan pandemi yang dijelaskan sebelumnya, tentu tak menyurutkan YIIM dalam mengupayakan pencapaian target SDGs. Sebagai Non Government Organization/NGO yang juga konsen diisu sosial kemanusiaan, justru di situasi pandemi menjadi pemicu YIIM untuk menggerakkan seluruh sumber daya agar Indonesia bisa melewati masa krisis transisi ini.
Menurut pandangan penulis, yang juga aktif menjadi pegiat sosial di YIIM, ada beberapa poin strategi yang dilakukan oleh YIIM dalam suksesi agenda SDGs ditengah pandemi. Pertama, sesuai salah satu tujuan SDGs yaitu kemitraan untuk mencapai tujuan, YIIM mengedepankan sinergisitas dengan berbagai pihak khususnya pihak korporasi, pemerintahan, dan organisasi masyarakat sipil dalam melaksanakan program-program. Kekuatan kolaborasi itu tak hanya untuk mensukseskan pelaksanaan program. Akan tetapi juga bagian dari kampanye untuk menumbuhkembangakan kesadaran (awareness) dari berbagai actor akan pentingnya mensukseskan agenda SDGs.
Tak hanya itu, YIIM juga terus membuka komunikasi dengan pihak korporasi untuk lebih peduli dalam suksesi agenda SDGs. Hampir seluruh program YIIM merupakan kontribusi donor dari program CSR/Corporate Social Responsibility perusahaan seperti PT Insight Investments Managements (Mitra donor utama), Dapenbum, Allianz, PT Titan Baking, dan seterusnya.
Kedua, tidak dipungkiri YIIM sebagai salah satu NGO yang memiliki konsen dalam suksesor capaian SDGs, memiliki strategi tersendiri jika dibandingkan dengan NGO yang lain, yang lebih konsen dengan pola advokasi kebjiakan, katakanlah seperti INFID dan Koalisi Masyarakat Sipil untuk SDGs. Kekuatan YIIM sendiri adalah pelayanan langsung (direct service) dalam rangka memberikan dampak langsung kepada basis-basis kelompok rentan yang sangat memerlukan upaya affirmative action.
Capaian Program YIIM dalam Penanggulangan Dampak Pandemi
Berikut data dari capaian program YIIM yang dilaksanakan selama pandemi (Sepanjang bulan Februari-Desember 2020), YIIM berhasil menyalurkan berbagai program bantuan sosial-ekonomi dalam rangka membantu warga yang terdampak pandemi Covid-19 (YIIM, 2021). Pertama, Di program sosial kemanusiaan dan keagamaan. YIIM berhasil menyalurkan bantuan penanggulangan Covid-19 berupa masker, vitamin, konsumsi, serta APD dan pakaian untuk tenaga Kesehatan kepada 1953 jiwa. YIIM juga membantu para pekerja sektor rural di 4 provinsi yaitu Lampung, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Timur, terhadap 250 petani, 150 nelayan dan 18 pengrajin tenun. Dengan memberikan alat-alat kepada petani, nelayan, dan pengrajin tenun untuk memastikan mata pencaharian mereka dapat terus berkembang. Kemudian, dalam program bantuan sosial penjuru nusantara, kami telah memberikan bantuan sembako kepada warga terdampak covid-19 sebanyak 5855 di 20 provinsi.
Kedua, Selanjutnya di program pemberdayaan ekonomi masyarakat, YIIM membantu terciptanya sumber daya manusia dengan ekonomi mandiri dan lahirnya wirausahawan sosial, dengan mengadakan pelatihan skill dan hibah peralatan modal usaha. Bersama beberapa mitra, YIIM mengadakan pelatihan dengan skill wirausaha di 5 provinsi, dengan cakupan DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Bali, dan Jawa Tengah. Pelatihan skill wirausaha usaha yang diadakan antara lain pelatihan cuci dan service AC, skill barista kopi, skill memasak, skill pangkas rambut, skill sablon, dan skill tata rias.
Dari hasil pelatihan YIIM telah berhasil mengadakan pelatihan cuci dan Servis AC dengan 27 orang terlatih dan 7 penerima hibah bantuan modal usaha. Di pelatihan memasak, telah berhasil menghasilkan 67 orang terlatih dan 24 orang penerima bantuan modal usaha. Di pelatihan pembuatan Kopi (Barista) berhasil menghasilkan 51 orang terlatih dan 5 orang penerima bantuan hibah. Di pelatihan pangkas rambut berhasil menghasilkan 42 orang terlatih dan 6 orang penerima hibah. Di pelatihan sablon telah berhasil menghasilkan 19 orang terlatih dan 2 orang penerima hibah. Terakhir di pelatihan tata rias berhasil menghasillkan 19 orang terlatih dan 2 orang penerima hibah.
Ketiga, dalam program Pendidikan, YIIM telah berhasil memberikan 1672 paket buku dan alat tulis kepada murid-murid yang membutuhkan di 10 provinsi di Indonesia (Banten, DKI Jakrta, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Lampung, dan Jawa Timur. Bekerjasama dengan beberapa mitra, YIIm memberikan kesempatan 56 mahasiswa untuk berkuliah tanpa perlu terbebani secara ekonomi. Saat pembelajaran dilakukan daring selama pandemi, YIIM mencoba membantu mempermudah akses pendidikan daring dengan memberikan bantuan kuota internet ke 447 anak. Terakhir, dimasa pandemi YIIM aktif mengadakan seminar dan diskusi online dengan beragam topik dan pembicara yang dihadiri oleh 1847 partisipan public.
Sinergi masyarakat sipil dan pemerintah adalah resep mujarab untuk memastikan bahwa SDGs tetap berjalan dan sesuai arah. Pandemi COVID 19 mengajarkan kepada kita bahwa kita harus beradaptasi dengan banyak hal baru diantaranya dalam hal ekonomi, dimana pelaku usaha kecil juga harus mampu beradaptasi dengan ekonomi digital. Pun demikian dengan pendidikan, semoga bangsa kita mampu bangkit dan SDGs dapat terwujud.**