Sutrisno Abdi (41 Tahun) atau biasa disapa pak Sutrisno merupakan salah satu alumni pelatihan manajemen kewirausahaan yang diadakan oleh Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM) bekerjasama dengan Balai Pemasyarakatan Kelas I Malang (Bapas Kelas I Malang), United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), United Nations Security Council Counter – Terrorism Committee Executive Directorate (CTED), United Nations of Office Counter-Terrorism – UN Counter Terrorism Centre (UNCCT) dan From the People of Japan pada tahun 2022.
Program ini merupakan salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan soft skill para peserta pelatihan dan untuk meningkatkan usaha para peserta pelatihan ini. Pelatihan ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya SDGs nomor 1 menghapus kemiskinan, nomor 2 mengakhiri kelaparan, nomor 8 pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi, nomor 10 mengurangi ketimpangan, nomor 16 perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh, dan nomor 17 kemitraan untuk mencapai tujuan. Selain itu, program ini juga dipercaya dapat memberikan kontribusi terhadap kebijakan deradikalisasi melalui pendekatan kesejahteraan ekonomi yang dicanangkan oleh pemerintah salah satunya melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Pak Sutrisno saat ini hidup bersama kedua orang tuanya di kecamatan Jabung, kabupaten Malang. Beliau merupakan salah satu mantan nara pidana tindak pidana terorisme (NAPITER). Pada saat itu, beliau di vonis penjara selama empat tahun dua bulan. Pak Sutrisno ditahan di Lembaga pemasyarakatan (LAPAS) lowokwaru dan Sentul. Kemudian menjalani sebagai Klien Pemasyarakatan di BAPAS Kelas 1 Malang.
Awal Mula Menjalankan Usaha
Setelah tiga bulan bebas, di tahun 2018 pak Sutrisno memutuskan untuk memulai usaha yaitu agrowisata dengan nama “Rumah Ketahanan Pangan”. Usaha pak Sutrisno ini berada di desa Gabong, Kabupaten Malang. Beliau memanfaatkan lahan tebu kedua orang tuanya yang sebesar 6000 meter untuk menjalankan usaha tersebut. Awalnya lahan tersebut disewakan kepada seseorang. Namun semakin lama tidak menguntungkan bagi pak Sutrisno dan keluarga karena harga sewa setiap tahunnya menjadi menurun.
Pada akhirnya pak Sutrisno perlahan-lahan mengubah lahan tersebut untuk usaha bibit, pertanian, peternakan, dan kini tempat bermain anak (playground). Tempat bermain anak ini dinamankan “Taman Polan”. Untuk pengunjung yang datang membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 dengan mendapatkan alat media untuk menanam.
Pendapatan pak Sutrisno pertama kali dalam usaha ini adalah saat menjual bibit dengan omset kotor selama satu bulan sebesar Rp 7.500.000. Semakin berkembang usahanya, saat ini pak Sutrisno mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp8.000.000 dan pendapatan bersih sebesar Rp5.000.000 setiap bulannya. Pendapatan yang diterima pak Sutrisno juga terus digunakan untuk mengembangkan usahanya saat ini.
Selama proses perubahan lahan, pak Sutrisno beberapa kali mengalami kendala pada menanam seperti singkong dan tequila. Walaupun mengalami kegagalan, pak Sutrisno tidak menyerah untuk terus menanam berbagai macam tumbuhan untuk usaha pertanian ini. Beliau menganggap hal ini menjadi pembelajaran untuk kedepannya.
Sejak di dalam penjara, pak Sutrisno sudah merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh dirinya setelah keluar dari penjara. Salah satu rencana yang akan dilakukan saat keluar itu adalah usaha di bidang pertanian ini. Sejak sebelum masuk tahanan, pak Sutrisno memang senang menjalankan usaha. Pak Sutrisno juga sudah mempunyai ilmu dasar pertanian pada saat kuliah, namun terhenti di semester 4. Ilmu pertanian ini terus dikembangkan oleh pak Sutrisno selama di dalam penjara hingga sampai saat ini
“Saya saat di dalam sudah mengkonsep nanti mau keluar mau gimana. Alhamdulillah sekarang lancar karena sejak di dalam sudah memikirkan itu Walaupun kenyataannya masih meleset namun hal ini bisa dijadikan pembelajaran.”
Pengaruh Pelatihan Manajemen Kewirausahaan Terhadap Usaha Sutrisno
Setelah mengikuti pelatihan manajemen kewirausahaan, pak Sutrisno merasa pelatihan ini menambah pengetahuan untuk perkembangan usahanya, terutama tentang pemasaran digital (digital marketing) salah satunya melalui media social serta e-commerce. Menurutnya pemasaran digital ini sangat membantu untuk memperluas pasar usahanya. Selama ini usaha pak Sutrisno hanya menjual hasil-hasil pertanian dan peternakan ke pasar-pasar tradisional dengan pemasaran tatap muka (offline).
“Pelatihan kemarin sangat penting untuk kita terutama bagian strategi pemasaran e-commerce dan design. Rencana kedepannya ingin mengembangkan usaha dengan menjual hasil peternakan seperti frozen meet dengan e-commerce agar penjualan kita ga hanya disini saja, bisa keluar kota.”
Untuk tempat bermain (playground), pak Sutrisno juga selama ini hanya melakukan pemasaran dengan mulut ke mulut. Namun, kini pak Sutrisno mulai memasarkan tempat usahanya melalui media sosial seperti Tiktok dan Instagram.
“Saya mengawali pemasaran melalui sharing dengan guru Taman Kanak-kanak (TK). TK butuh ilmu tentang pertanian. Jadi pas mereka praktik tentang hewan dan lingkungan, saya undang untuk edukasi. Sesuai dengan misi saya hal ini dilakukan karena keprihatinan terhadap pertanian yang saat ini mulai tidak diminati oleh generasi muda.”
Untuk memperluas usaha, pak Sutrisno dibantu oleh mas Wildan yang merupakan salah satu mantan NAPITER untuk pemasaran online dan juga foto katalog. Saat ini masih ditahap proses persiapan pemasaran. Rencananya pak Sutrisno ingin menjual hasil usahanya ini keluar kota dan juga keluar negeri. Saat ini usaha pak Sutrisno juga sudah memiliki Nomor Izin Usaha (NIB) dan SKU (Surat Keterangan Usaha) tingkat kelurahan.
Tidak hanya pemasaran online, rencananya pak Sutrisno juga ingin mengiklankan tempat usaha di warung NKRI yang terdapat di stasiun Malang menggunakan Televisi (TV). Hal ini bertujuan agar para penumpang kereta dapat melihat iklan tersebut dan tertarik untuk datang ke tempat usaha pak Sutrisno.
Informasi terkait pelatihan dapat diakses melalui VIDEO INI.
Mencoba Memperluas Usaha
Usaha pak Sutrisno ini menarik perhatian Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Pada akhirnya pak Sutrisno kerjasama dengan BNPT untuk membuka cabang usahanya di daerah Turen, Kab. Malang. Lahan seluas 1,4 hektar ini sedang dilakukan proses pembangunan untuk konsep yang sama seperti tempat usahanya yang pertama di daerah Jabung.
Tidak hanya usaha dibidang Agrowisata, terdapat beberapa usaha yang dijalankan oleh pak Sutrisno. Usaha ini ada yang dijalankan sendiri oleh pak Sutrisno maupun bekerjasama dengan temannya, seperti usaha jual beli mobil/motor bekas dan usaha batik eco print. Untuk usaha batik eco print pak Sutrisno menjual di warung NKRI yang terdapat di stasiun Malang. Di warung ini terdapat beberapa produk UMKM dari komunitas Se-Malang Raya.
Harapan pak Sutrisno kedepannya, usaha ini dapat memberikan pengetahuan serta menarik para generasi muda untuk bekerja dibidang pertanian. Selain itu dapat terintegrasi dengan masyarakat sekitar. Dan juga pak Sutrisno berharap semoga produk-produk usaha pak Sutrisno bisa ditampilkan di berbagai tempat agar masyarakat diluar sana melihat dan tertarik untuk membeli.
Bagi teman-teman yang tertarik dengan Agrowisata pak Sutrisno bisa kunjungi “Rumah Ketahanan Pangan” yang berlokasi di Jl. Raya Jabung no.38 desa Jabung, kec, Jabung, kab. Malang atau bisa cek sosial medianya di Tiktok yaitu “Rumah_ketahanan_pangan” dan instagram @pthanos_edupark.
Salam inspirasi!