Nurhayati (56 tahun) atau yang disapa bu Inur merupakan seorang alumni pelatihan frozen food yang diselenggarakan oleh Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM) dan PT. Insight Investments Management (INSIGHT) di tahun 2019. Program ini merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat melalui pelatihan yang telah diberikan oleh YIIM dan INSIGHT. Dan juga, program ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) Nomor 1 mengakhiri kemiskinan.
Bu inur saat ini tinggal Bersama suami dan kedua anaknya di sebuah rumah daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Aktivitas bu Inur sehari-hari adalah berjualan kue dengan nama “Noer’s Kitchen” dan juga menjaga toko sembako miliknya. Sang suami bekerja menjadi ojek online sejak 5 tahun yang lalu. Ia telah menjalankan kedua usaha ini sejak 4 tahun yang lalu. Sebelumnya, bu Inur mempunyai warung di kantin sebuah kantor di daerah Jakarta pusat. Namun saat kantor pindah, akhirnya warung miliknya juga pindah ke rumah.
Berawal Dari Hobi
Awal bu Inur membangun usaha kue adalah karena sejak dahulu senang membuat kue. Sejak dahulu dirinya senang membaca berbagai menu masak di sebuah majalah. Setelah teknologi berkembang, bu Inur belajar masak melalui Youtube.
“saat anak saya masih kecil, saya suka beli majalah masak. Saya dari dulu senang baca-baca cara membuat berbagai macam kue. Semenjak ada youtube, saya lebih sering belajar dengan nonton youtube.”
Selain kue, bu Inur juga sudah berkecimpung di catering. berbagai menu telah ia buat sejak mempunyai warung di sebuah kantor. Dirinya sering mendapatkan pesanan dari kantor dengan jumlah banyak. Pesanan paling banyak yang didapatkan oleh bu Inur adalah 500 box. harga nasi boxnya adalah Rp15.000/box. Bu Inur terkadang menerima nasi bungkus untuk orang-orang yang sedang melakukan demonstrasi. Ia memasang harga sekitar Rp7.000 hingga Rp8.000/bungkus. Bu Inur Menjalankan usaha katering ini tidak sendiri. Ia juga berbagi-bagi dengan temannya.
Untuk mengembangkan kemampuannya, Bu Inur mengikuti pelatihan memasak yang diadakan oleh YIIM dan INSIGHT bersama dengan komunitas koperasi yang ia ikuti. ia mempelajari berbagai macam cara pembuatan jajanan pasar. Ia merasa sangat bersyukur karena dengan pelatihan tersebut ia dapat mengetahui teknik pembuatan kue secara langsung.
Setelah mengikuti pelatihan, bu Inur beserta kelompoknya mendapatkan bantuan usaha yang diberikan oleh YIIM dan INSIGHT. Ia memanfaatkan oven dan juga timbangan bantuan alat dari donator untuk usaha yang dijalankan oleh bu Inur.
“Saya dapet bantuan alat-alat masak. Di grup saya dapet oven listrik, timbangan, mixer, blender, happy call. Untuk penggunaan, siapa yang sangat membutuhkan ya mereka yang pake. Saya sendiri butuh oven dan timbangan. Bantuan tersebut sangat berguna sekali untuk saya usaha sekarang ini. “
Di pelatihan yang diikuti oleh bu Inur, ia juga mendapatkan ilmu baru yaitu frozen food. Setelah mengetahui ilmu baru tersebut, bu Inur langsung mempraktekannya. Ia mulai mencicil membuat risol, lalu dimasukkan kedalam frozen. Jadi pada saat ada yang pesan, bu Inur hanya menggoreng.
Sebelum mengikuti pelatihan, Bu Inur merasa belum berani untuk menjual kuenya karena merasa kue yang dibuat oleh dirinya belum pantas untuk dijual. Setelah mengikuti pelatihan, dirinya mulai berani memasarkan kue yang ia telah buat.
“Saya terus belajar, nyari-nyari yang mana yang enak. Akhirnya 4 tahun terakhir ini baru berani jual, berani memasarkan. Setelah pelatihan tambah berani karena sudah yakin, sudah dipelajari secara langsung di pelatihan.”
Dirinya saat ini telah membuat berbagai macam kue kering, bolu, brownies, dan keripik bawang. Saat lebaran, dirinya membuat 8 macam kue kering dengan ukuran 500 gram dan 300 gram dengan harga mulai dari Rp40.000 hingga Rp75.000. Untuk bolu berbagai macam rasa seperti bolu pandan, bolu tape, bolu pisang. Untuk brownies harga bermacam-macam sesuai dengan toping yang dipesan oleh konsumen. Untuk ukuran 20×20 dengan rasa original ia memasang harga Rp65.000. bu inur menjual keripik bawang dengan ukuran kecil yang dijual mulai dari harga Rp1.000 hingga Rp2.000.
Bu Inur menjalankan usaha ini sendiri. Pada saat pesanan banyak, ia biasa dibantu oleh sang suami. Mulai dari belanja, memasak, hingga mengantarkan pesanan, bu Inur dibantu oleh sang suami.
Selama bu Inur berjualan, adapun kendala yang dihadapi oleh dirinya, yaitu lingkungan rumah yang terbilang sepi. Ia pun mencari alternatif dengan berjualan di luar menghampiri temannya yang bekerja. Hal ini pun efektif, kue yang dijual oleh bu Inur lebih laku diluar.
Setelah itu bu Inur melakukan pemasaran melalui mulut ke mulut dan melalui pesanan via whatsapp dengan memasarkan melalui status whatsapp. Bu Inur juga mencoba mempostingkan usahanya di sebuah grup facebook bernama “Kuliner Cengkareng Timur”.
Berbagai Perjuangan Untuk Memenuhi Kehidupan Keluarga
Selain hobi, bu Inur menjalankan usaha ini karena tuntutan hidup. Dirinya menjalankan usaha ini agar dapat menambah pemasukan keluarga. Pemasukan keluarga pun akhirnya tidak hanya dari sang suami, namun juga dari dirinya.
Selama menjalankan usaha, berbagai rintangan dilalui oleh bu Inur. Sang suami saat itu terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di sebuah perusahaan. Akhirnya bu Inur memaksakan dirinya untuk membuka sebuah kantin di sebuah kantor. Bu Inur berjualan hingga menamatkan kuliah anak pertamanya. Selama bu Inur berjualan di kantor, anak sulungnya membantu berjualan di warung.
“Pas pagi bantuin saya di kantor. Saya bagian masak, dia bagian yang melayani dan nganterin ke dalam kantor. Pas sore dia kuliah. Selesai kuliah, dia balik lagi jemput saya. Saya bangun jam 3 ke pasar. Naik motor pake tas motor. Tiap hari begitu sampe 10 tahun.”
Setelah anak pertamanya lulus kuliah, bu Inur pindah berjualan dirumah. Ternyata penghasilan yang didapatkan bu Inur tidak sebagus saat di kantin. Pada akhirnya anak pertama bu Inur membantu membiayai kuliah sang adik hingga tamat kuliah.
Pada saat pandemi covid-19, bu Inur mendapat kendala lagi. Saat itu dirinya tidak mendapatkan pesanan kue. Untuk warung sembako pun mengalami penurunan pendapatan secara drastis. Sebelum pandemi covid-19, dalam sehari bu Inur mendapatkan Rp800.000. Namun saat pandemi covid, pendapatan warung mengalami penurunan menjadi Rp150.000 dalam sehari.
Biasanya dalam sehari-hari keluarga bu Inur memenuhi kebutuhannya dengan penghasilan dari warung sembako. Namun karena pandemi, akhirnya modal yang ada habis untuk makan, bayar listrik, biaya kuliah anak. Sang suami pun saat pandemi tidak mendapatkan pendapatan sama sekali.
“Satu bulanan ya allah pergi pulang ga dapet duit. Pernah sebulan sama sekali ga ada duit. Pas jatuhnya puasa, belanjanya pasti double.”
Pendapatan Mulai Meningkat
Setelah pandemi mulai membaik, pendapatan yang didapat oleh bu Inur dan sang suami pun mulai membaik walaupun belum semuanya. Sang suami mulai mendapatkan pemasukan sebanyak Rp100.000 dalam sehari dan bu Inur sudah mulai mendapatkan pesanan. Saat pesanan lebaran tahun ini, ia mendapatkan omset bersih sebanyak Rp6.000.000 dengan terjualnya 200 toples. Rata-rata pelanggannya daerah depok, bogor, jatinegara, dan Tangerang. Biasanya para pelanggan memesan kue mulai dari 4 hingga 20 toples.
Untuk kedepannya, bu Inur ingin mempunyai sebuah toko kue di daerah yang cukup ramai. Dengan adanya toko nanti, ia berharap dapat lebih banyak menjual berbagai kue mulai dari berbagai kue kering hingga kue basah. Dan juga agar jualan kue milik dirinya lebih laris.
Bagi teman-teman yang ingin mencoba kue bu Inur bisa langsung menghubungi ke nomor 0878 8139 9424 (Noer’s Kitchen).
Salam Inspirasi