Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM) bersama mitra yaitu PT. Pertamina Training and Consulting (PTC), selaku anak perusahaan dari PT. Pertamina (Persero) melakukan pemantauan perkembangan alumni pelatihan kewirausahaan sosial yang diselenggarakan pada tahun 2021. Program ini bagian dari Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan PTC yang dipersembahkan untuk masyarakat.
Pelatihan tersebut dijalankan secara online dan offline dan terdapat 3 macam pelatihan yaitu pelatihan barista, pelatihan memasak frozen food, dan pelatihan hidroponik. Pelatihan kewirausahaan ini diikuti oleh 129 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 66 orang dan perempuan sebanyak 63 orang.
Rata-rata alumni peserta pelatihan berusia minimal 18 dan berusia maksimal 56 tahun dengan berbagai macam latar belakang yaitu: 1# masyarakat pra-sejahtera; 2# klien pemasyarakatan; 3# disabilitas tuna daksa, 4# pengangguran, 5# pekerja dirumahkan karena Covid 19, 6# dan belum bekerja (fresh graduate).
Pendataan ini didapatkan berdasarkan hasil pemantauan para alumni pelatihan kewirausahaan pasca mengikuti pelatihan selama kurun setahun terakhir. Pemantauan alumni pelatihan kewirausahaan dilakukan dengan tujuan untuk pendampingan alumni dan memantau perkembangan usaha para alumni. Lalu pendataan ini juga bertujuan untuk evaluasi dari pelatihan yang telah dijalankan.
Data yang diperoleh akan disajikan dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dan disajikan dalam bentuk infografis.
- Elemen pertama yaitu kekuatan (strengths) atau kelebihan yang didapatkan oleh para alumni setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan social. Sebanyak 90 alumni pelatihan mendapatkan keterampilan Hard skill seperti keterampilan masak, pembuatan kopi, dan penanaman hidroponik. Terdapat 49 alumni pelatihan mempunyai jiwa tidak mudah menyerah untuk selalu menjalankan usaha. Dengan adanya pelatihan 37 alumni pelatihan sudah berani untuk memulai membuka usaha seperti membuka kedai kopi, catering, dan penjualan bibit tanaman. Sebanyak 36 alumni pelatihan menjadikan usaha tersebut menjadi alternatif pekerjaan dan menjadi pemasukan tambahan bagi para alumni pelatihan beserta keluarga. Pengembangan dan inovasi usaha juga menjadi salah satu kekuatan yang dirasakan oleh 23 alumni pelatihan kewirausahaan.
- Elemen kedua yaitu kelemahan (Weaknesses) atau penghambat yang dirasakan oleh para alumni pelatihan pada saat ingin memulai usaha atau pada saat menjalankan usaha. Sebanyak 89 alumni pelatihan mempunyai daya juang yang rendah dan masih belum mempunyai motivasi untuk memulai usaha. Lalu sebanyak 74 alumni pelatihan mengalami kelemahan di keterampilan soft skill seperti pembukuan usaha, manajemen waktu, literasi digital, dan pemasaran. Terdapat 17 alumni pelatihan merasa kesulitan untuk memulai usaha dikarenakan kurangnya modal usaha. Dengan kurangnya modal, beberapa alumni pelatihan menjalankan usaha sesuai dengan modal yang ada sehingga tidak begitu berkembang usahanya. Terdapat 16 alumni pelatihan yang ingin mengembangkan usahanya namun merasa kurang untuk menginovasi produk. Kelemahan lainnya yang dirasakan oleh 10 alumni pelatihan dalam menjalankan usaha adalah kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia). Karena keterbatasan tenaga, maka butuh SDM lainnya. Namun para alumni pelatihan kesulitan untuk mencari SDM tersebut. Selama menjalankan usaha, terdapat 8 alumni pelatihan yang merasakan lokasi usaha yang kurang strategis dan menyebabkan sepinya pembeli.
- Elemen ketiga yaitu Peluang (opportunities) dari faktor luar yang menjadi pendukung para alumni selama menjalankan usaha. Sebanyak 49 alumni pelatihan mendapatkan jaringan atau komunitas wirausaha, salah satunya komunitas UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Lalu 85 alumni pelatihan yang mendapatkan pendampingan dari YIIM dan PTC melalui kunjungan, diskusi Bersama melalui zoom meeting, pemantauan melalui grup dan juga telepon, dan bantuan usaha. Perkembangan teknologi digital juga menjadi salah satu peluang bagi 20 alumni pelatihan dengan memanfaatkan media sosial dan e-commerce seperti facebook, Tokopedia, shopee food, gofood, dan grabfood untuk berjualan. Terdapat 15 alumni pelatihan juga mendapatkan peluang melalui akses bantuan pemerintah dalam bentuk perizinan usaha dan pengadaan bazar bagi para UMKM.
- Elemen keempat yaitu ancaman (threats) dari faktor luar yang menjadi penghalang para alumni untuk memulai usaha atau menjalankan usaha. 58 alumni pelatihan merasakan bahwa kondisi pandemic dan ekonomi lesu menjadi ancaman dalam usahanya. Hal tersebut membuat usaha para alumni sepi dan harga bahan baku yang melonjak tinggi. Daya beli masyarakat belum pulih juga menjadi salah satu ancaman usaha para 13 alumni pelatihan. Penyebabnya adalah sepinya pembeli dan pemasukan pelaku usaha menjadi sedikit ataupun merugi. Ancaman yang terakhir adalah persaingan usaha yang dirasakan oleh 10 alumni pelatihan. Adanya persaingan ini, para alumni selalu mencari cara agar usahanya terus berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil pendataan, dapat disimpulkan bahwa setelah pemantauan banyak alumni pelatihan yang mulai berani untuk membuka usaha dan menjadikan usaha tersebut menjadi pemasukan utama bagi para alumni beserta keluarga. Selain itu, para alumni mendapatkan jaringan wirausaha yang lebih luas untuk mengembangkan usaha. Namun demikian, selama kurun setahun terakhir ada beberapa kelemahan dan ancaman serta kendala yang harus diperbaiki untuk memperkuat kehadiran dan peran pelaku usaha mikro dan kecil sebagai elemen penyangga ekonomi Indonesia.
YIIM dan PTC berharap program ini dapat membangun blue print (cetak biru) membentuk pelaku Usaha Mikro dan Kecil baru sehingga secara kuantitas dan kualitas pelaku usaha mikro dan kecil akan bertambah dan berkualitas serta adaptif terhadap perkembangan zaman dan tekhnologi. Selain itu, infografis ini dapat menjadi masukkan efektif untuk memperkuat peta jalan pelatihan kewirausahaan sosial agar semakin jelas tujuan yang akan dicapai dan manfaat yang akan dihasilkan.